JAKARTA ----- Pelaksanaan Lampung Economic and Investment Forum (LEIF) tahun 2025 berlangsung sukses. Di depan investor dan duta besar dari berbagai negara sahabat, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal membuka ruang seluas-luasnya bagi investor untuk berinvestasi dengan jaminan keamanan, infrastruktur yang siap, dan tenaga kerja yang melimpah.
Forum investasi yang digelar Pemprov Lampung bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) Provinsi Lampung tersebut diadakan di Ballroom Pulmann Jakarta, Selasa (4/11/2025).
Forum bertema “Explore the Potential: Lampung Investment Opportunities for Sustainable Growth” ini menjadi ajang strategis untuk mempromosikan potensi investasi daerah Lampung kepada calon investor nasional maupun internasional, sekaligus memperkuat kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan lembaga keuangan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Acara tersebut juga dihadiri Wakil Gubernur Lampung Jihan Nurlela.
Dalam paparannya, Gubernur Lampung Rahmat Mirzani Djausal menjelaskan bahwa Lampung merupakan provinsi paling selatan di Pulau Sumatera dengan sejarah panjang sebagai daerah pertanian dan perdagangan.
Menurutnya, sejak program ekspansi pembangunan nasional pada tahun 1980-an, Lampung menjadi salah satu tujuan utama investasi dan transmigrasi nasional.
Gubernur Mirza menambahkan bahwa Lampung memiliki kekuatan ekonomi berbasis sumber daya alam yang kokoh dan karakter masyarakat yang terbuka terhadap inovasi dan investasi.
“Lampung adalah satu-satunya provinsi yang sukses dalam pelaksanaan transmigrasi. Penduduk kami beragam, lebih dari 70 persen berasal dari luar daerah, dan ini mencerminkan karakter masyarakat Lampung yang terbuka dan mudah beradaptasi,” ujarnya.
Gubernur Mirza menyebut bahwa hingga tahun 2024, Lampung mencatatkan diri sebagai salah satu dari sepuluh provinsi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tertinggi di Indonesia.
"Yang membedakan Lampung dengan provinsi lain adalah bahwa pertumbuhan ekonominya ditopang oleh sektor pertanian dan perkebunan, bukan industri atau energi,” tambahnya.
Ia mengungkapkan bahwa Sektor pertanian dan perkebunan menyumbang hampir 30 persen dari total PDRB Lampung, dengan nilai sekitar Rp150 triliun, namun dari angka tersebut, baru sekitar Rp20 triliun yang diolah di dalam provinsi.
“Artinya, potensi hilirisasi masih terbuka sangat lebar,” tegasnya.
Gubernur Mirza juga menguraikan berbagai komoditas unggulan Lampung, di antaranya:
* Padi, menempati peringkat kelima nasional dengan surplus beras hampir satu juta ton per tahun. Lampung menjadi pemasok utama beras bagi Jakarta dan beberapa provinsi lainnya.
* Jagung, peringkat ketiga nasional dengan produksi hampir 3 juta ton per tahun, sebagian besar masih dijual dalam bentuk mentah.
* Singkong, menjadi penyumbang terbesar nasional, mencapai 60–70 persen produksi Indonesia. Lampung juga menjadi salah satu produsen singkong terbesar dunia setelah Nigeria, Thailand, dan Vietnam.
* Kopi, peringkat kedua nasional dengan kontribusi 70 persen ekspor kopi robusta Indonesia. “Selama ini kopi Lampung diekspor dalam bentuk green bean, ke depan kami akan dorong ekspor produk olahan seperti kopi bubuk dan tasting coffee untuk meningkatkan nilai tambah,” ujar Gubernur.
* Lada, menyumbang 24 persen produksi lada nasional, serta cokelat, kelapa, udang, ayam, dan sapi yang memiliki peluang besar untuk dikembangkan dalam bentuk industri olahan.
Dalam mendukung industrialisasi, Gubernur Mirza mengungkapkan bahwa Lampung tengah mengembangkan potensi energi berkelanjutan.
“Kami baru saja memulai pembangunan green hydrogen dari panas bumi, yang merupakan proyek pertama di dunia,” ungkapnya.
Selain itu, ia juga menyebut Lampung memiliki potensi besar untuk pengembangan bioetanol, energi angin, serta floating solar panel di bendungan Batu Tegi, Marga Tiga dan WaySekampung.
Pemerintah Provinsi Lampung juga menyiapkan lima kawasan industri strategis, antara lain di Kabupaten Way Kanan, Lampung Selata, dan Tanggamus dimana kawasan tersebut akan menjadi pusat pengolahan hasil pertanian, perkebunan, dan industri makanan.
Selain sektor pertanian dan industri, Gubernur Mirza menegaskan bahwa Lampung juga menargetkan pengembangan pariwisata berkelanjutan.
Provinsi Lampung sendiri memiliki garis pantai yang panjang dan destinasi wisata yang mudah diakses.
"Tahun 2024 tercatat 18 juta kunjungan wisatawan domestik ke Lampung, dan tahun 2025 kami proyeksikan mencapai 30 juta kunjungan,” jelasnya.
Pemprov Lampung juga tengah merancang dua hingga tiga kawasan ekonomi khusus (KEK) pariwisata, antara lain di Bakauheni Lampung Selatan dan Pesawaran, dengan total lahan mencapai lebih dari 5.000 hektare.
Gubernur Mirza menjelaskan bahwa Provinsi Lampung memiliki keunggulan geografis dan konektivitas yang baik yang dilintasi jalan tol Trans-Sumatera dari utara ke selatan, jalur kereta api, serta tiga bandara dan enam pelabuhan perikanan.
Dengan posisi strategis di jalur pelayaran internasional, ia optimis Lampung berpotensi menjadi simpul penting perdagangan global, terutama dalam rute baru Samudra Hindia–Selat Sunda.
“Kami juga memiliki pelabuhan dengan kedalaman hingga minus 25 meter yang mampu melayani kapal 90 ribu ton dan menjadi pintu ekspor utama Sumatera bagian selatan,” paparnya.
Gubernur Mirza juga menekankan bahwa Lampung memiliki bonus demografi dengan 71 persen penduduk berusia produktif.
“Tenaga kerja kami kompetitif, rata-rata Upah Minimum Regional sekitar Rp2,3 juta per bulan, dan mudah dilatih karena banyak lulusan SMK serta universitas yang relevan dengan industri,” ujarnya.
Sebagai informasi, Investasi di Lampung terus tumbuh dengan pesat, dimana pada tahun 2025 tercatat nilai investasi mencapai Rp12,95 triliun atau meningkat 30 persen dari tahun sebelumnya.
Sektor industri makanan dan pengolahan menjadi penyumbang terbesar, dengan investor utama dari Singapura, Korea Selatan, Malaysia, Australia, dan Tiongkok.
“Lampung adalah daerah yang aman, masyarakatnya terbuka, dan selama ini tidak pernah ada gangguan terhadap dunia usaha,” tegas Gubernur Mirza.
Ia juga memastikan bahwa Pemerintah Provinsi Lampung akan menjaga persaingan usaha yang sehat dengan menyesuaikan izin industri agar sesuai dengan kapasitas sumber daya lokal.
Di akhir paparannya, Gubernur Mirza menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak bisa hanya ditopang pemerintah, tetapi harus digerakkan oleh dunia usaha.
“Kami sepakat, yang harus berada di garis depan pertumbuhan ekonomi adalah pelaku usaha. Pemerintah akan menjadi mitra yang memastikan agar investasi di Lampung tumbuh cepat, berkelanjutan, dan memberi manfaat bagi petani serta masyarakat,” pungkasnya.(Adpim)


